Thursday, August 28, 2014

Catatan: Sepucuk Kisah Rindu


        Bagiku, ia lebih dari seorang dosen. Ibu Ade, namanya. Ia sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri. Ia adalah orang yang pertama kali percaya bahwa aku mampu menulis puisi, cerpen dan artikel. Lalu, ia memberiku kesempatan untuk menulis sekapur sirih (semacam kata pengantar) dalam buku puisi antologi yang ketika itu digarap oleh teman-teman mahasiswa. Lama-lama ku-asah bakat menulisku. Kusambangi Rumah Dunia untuk menjadi bara menulisku, sebab di sana banyak teman-teman baru yang memiliki keinginan yang sama; menumpahkan ide menjadi sebuah cerita. Sekitar bulan Maret, sebelum mengikuti Rumah Dunia, cerpenku menjadi juara 1 di HUT Expressi Jurnal. Rasanya berbunga-bunga sekali, salah satu dewan jurinya adalah Pak Adek Alwi (sastrawan). Kemudian, juara-juara yang lain kusabet juga, seperti juara 1 lomba menulis puisi tingkat mahasiswa di kampus dan lomba karikatur.
           Hal yang mengesankan dan membuatku tak percaya setengah mati, yakni juri puisi dalam lomba itu adalah Pak Arip Sanjaya (salah satu dosen yang disegani di kampus, sebab pemikirannya yang luar biasa ketika mengajar filsafat bahasa). Lomba hijab juga sempat kuikuti dan berhasil meraih juara 2. Walaupun hanya sekadar iseng belaka, tapi cukup menghibur juga. Yang aku suka bukan hadiahnya, tapi penghargaan dari sebuah kontes tentang diri kita itu sangat berharga. Masih banyak sederet daftar lomba yang ingin kuraih. Tujuan dari mengikuti lomba-lomba tersebut yaitu agar aku dapat bercermin: seberapa jauh kemampuanku dalam bersaing dengan orang lain.
          Ada 3 hobi yang kusukai: melukis, menulis dan memotret. Akhir-akhir ini, aku baru tahu bahwa hasil jepretanku ternyata bagus. Teman-temanlah yang menyadarkanku tentang hal itu. Salah seorang temanku berkata bahwa aku memiliki bakat terpendam tentang dunia fotografi. Padahal, aku hanya memotret dengan kamera digital. Semoga Tuhan memberiku hadiah kamera SLR. ╮(╯▽╰)╭
**

        Hingga kini aku masih menjadikannya sebagai dosen favoritku, sebab ia adalah wanita yang tak pernah surut semangatnya. Uniknya, ia selalu memiliki cara untuk mengajar mahasiswa agar tak jenuh mengikuti perkuliahannya. Menurutku, dalam pengajarannya, ia lebih dominan menggunakan pendekatan kontekstual. Ah.. aku tak dapat berkata-kata lagi. Aku merindukannya. ♥

No comments: