Friday, August 29, 2014

Reranting (Kisah Tentang Empat Ranting Hati)


1
"Terkadang aku benci dengan rasa rindu yang tiba-tiba saja muncul seperti hantu" katanya seraya memandang awan-awan yang menggantung di langit. Lastri mendengarkan baik-baik curahan hati kawannya. Mereka merebahkan tubuhnya di atas permadani rumput hijau yang membentang luas di halaman belakang rumah. Ada rerimbunan pohon angsana yang menjuntaikan rerantingnya, sehingga wajah mereka tak tersorot langsung oleh terik matahari.

                "Lalu, apa yang kau perbuat untuk mewujudkan rasa rindumu, An?" Sejenak didengarnya helaan nafas di sampingnya.
 "Tak ada," jawabnya singkat tanpa memandang Lastri yang diam-diam menaruh rasa prihatin padanya.
Aku hanya menikmati gejolak rinduku, Las.. tak ada yang bisa kuperbuat lebih untuk mewujudkan rasa rinduku, semuanya hanya sia-sia, nihilistik, batin Anna.
Lastri menunggu kalimat selanjutnya yang meluncur dari mulut Anna. Ia tak mau banyak bertanya. Ia takut melukai hati Anna karena peristiwa setahun yang lalu. Anna memejamkan matanya. Ia lelah dan ingin menikmati tidur siangnya di bawah terik matahari. Ia ingin kulitnya berwarna sawo matang seperti Lastri.
                "Tak baik tidur di tengah-tengah terik matahari seperti ini."
                "Aku akan menunggu terik matahari hingga padam."
                "Gila! Kulit putihmu bisa terbakar"
Anna tersenyum samar. Mungkin kau takut jika kulitmu tambah hitam, Las.. Tapi, aku justru ingin menjadi hitam. Kulit putih sangatlah risih serupa kain putih bersih. Jika ada noda hitam sedikit, orang akan langsung gusar dibuatnya, sebab tidak enak dipandang.
                "Lebih baik kita masuk ke dalam. Kau tunggu matahari padam dari dalam rumah saja."
Lastri menarik lengan Anna. Ia tak peduli Anna akan setuju atau tidak dengan ajakkannya. Ia bukan takut hitam. Tapi, ia tak mau mengidap penyakit kanker kulit di wajahnya karena sinar matahati saat pukul 13.00 seperti ini sangat berbahaya bagi kulit. Untung saja Anna menurut. Lagi pula, Lastri merasa gerah. Ia ingin mandi dan menghilangkan lengkingan suara dosen yang pagi tadi sempat memarahinya. Ah.. semoga air dapat mendinginkan segala hal yang ada di dalam otakku, bisiknya dalam hati.
**


No comments: