Tuesday, October 16, 2012

Perencanaan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia



  1. Pendekatan untuk Mengeksplorasi Isi Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata, pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curiculum constraction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement).
Selanjutnya, beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program pengjaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curiculum). Dilihat dari cakupan pengembangannya apakah curiculum construction atau curiculum improvement, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pendekatan Top Down
Pendekatan Top Down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah. Dikatakan pendekatan Top Down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau kepala Kantor Wilayah. Selanjutnya dengan menggunakan semacam garis komando, pengembangan kurikulum menetes ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga dinamakan line staff model. Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curiculum constraction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curikulum improvement).
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut:
1.    Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada di bawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan bisa juga ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim pengarah ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
2.    Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran, dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3.    Langkah ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu, kurikulum itu di uji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan penyempurnaan.
4.    Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
Dari langkah-langkah pengembangan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka tampak jelas bahwa inisiatif penyempurnaan atau perubahan kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat yang berhubungan dengan pendidikan; sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kebijakan.
  1. Pendekatan Grass Roots
Pada model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pengembangan kurikulum ini disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curiculum improvemnt), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curiculum constraction).
Minimal ada dua syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass root dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Kedua, pendekatan grass root hanya mungkin terjadi jika guru memiliki sikap professional yan tinggi disertai kemampuan yang memadai.
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurkulum yang dapat kita lakukan manakala enggunakan pendekatan grass root ini. Langkah-lankah tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Menyadari adanya masalah. Pendekatan grass root biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakannya ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kuangnya motivasi belajar siswa, sehingga kita merasa tertanggu dan lain sebagainya. Pemahaman dan ksadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass root. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mingkin grass roots dapat berlangsung.
  2. Mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab muncunya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan. Misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yan kita hadapi, atau mengkaji sumber informasi lain. Misalnya melacak sumber-sumber dari internet, atau melakukan diskusi dengan teman sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan.
  3. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasl kajian refleksi, selanjutnya uru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
  4. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bias kita laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya memilih kemungkinan yang dapat dilakukan dan selanjutnya merncanakan apa ynag harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan muncul, misalnya berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini kita akan dapat mengatasi hambatan-hambatn tersebut.
  5. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpechkan masalah yang dihadapi. Alam proses pelaksaannya, Kita dapat berkolaborasi atau meinta pendapat teman sejawat.
  6. Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.

  1. Aspek-aspek Materi
Menurut Harjanto (222: 2003), kalau kita mempelajari lebih dalam mengenai materi pelajaran maka kita akan dapat melihat adanya berbagai aspek antara lain:
  • Konsep yaitu suatu ide atau suatu gagasan yang umum.
  • Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu.
  • Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi .
  • Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan. Suatu proses dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari.
  • Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model. Umumnya nilai bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau buruk.
  • Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya).

  1. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan kriteria yang digunakan untuk memilih isi kurikulkum bidang studi bersangkutan. Sebagai gambaran dapat kita utarakan dalam garis besarnya sebagai berikut:
1.      Kriteria tujuan instruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusu atau tujuan-tujuan tinkah laku.
2.      Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan di mana setiap TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur.
3.      Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Beberapa aspek di antaranya adalah pengetahuan sikap, nilai dan keterampilan.
4.      Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi waraga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif  yang bermakana bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5.      Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.
6.      Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis.
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas raung lingkupnya dan terpusat pada suatu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologi siswa.
7.      Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.
Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya  dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang adalah guru itu sendiri. Masyarakat juga merupakan suber yang luas, bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.
Kriteria
Sasaran
a.       Akurat dan up to date
b.      Kemudahan
c.       Kerasionalan
d.      Essensial
e.       Kemaknaan
f.       Keberhasilan

g.      Keseimbangan

h.      Kepraktisan

-          Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi.
-          Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data.
-          Mengembangkan kemampuan berfikir rasional, bebas, logis.
-          Untuk mengembangkan moralitas penggunaan pegetahuan.
-          Bermakna bagi siswa dan perubahan  bahan sosisal.
-          Merupakan ukuran keberhasilan untuk mempengaruhi tingkah laku siswa.
-          Mengembangkan pribadi siswa secara seimbang dan menyeluruh.
-          Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.

D. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.
Penentuan bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam perencanaan pembelajaran mengacu pada bahan kajian yang tertuang dalam kurikulum KTSP dan silabus pada bagian butir pembelajaran. Bahan kajian tersebut dijabarkan dan disesuaikan dengan tujuan peningkatan keterampilan  berbahasa. Guru dapat melakukan penjabaran penyesuaian bahan kajian sesuai dengan kebutuhan dalam lingkup tujuan yang ditetapkan dalam silabus bahasa Indonesia. Materi pembelajaran bahasa Indonesia di bagi menjadi 4 bagian, yaitu: kemampuan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan/ menyimak yang mencakup aspek kebahasaan, aspek sastra dan aspek berbahasa.








Daftar Pustaka
Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim. R dan Nana Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka  Cipta.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Internet:


No comments: